Monday 16 July 2012

UI Beberkan 5 Kebohongan Fauzi Bowo


Pilkada DKI, akhirnya akademisi Universitas Indonesia pun angkat bicara. Mungkin memang sudah saatnya orang-orang terpelajar memberikan ‘pencerahan’ agar kita-kita yang ‘awam’ ini lebih cerdas dan lebih ‘wise’ dalam ikut mengambil keputusan dalam memilih siapa yang akan menjadi pemimpin Kota tercinta ini.
Tanggal 6 kemarin saya menyempatkan diri datang ke seminar politik yang diadakan oleh Himpunan Alumni Pasca Sarjana (Himapasca) Politik UI untuk menyatakan keprihatinan atas ketidakpedulian masyarakat Jakarta terhadap Pilkada DKI Jakarta yang akan ditentukan tanggal 11 Juli 2012 mendatang. Seminar dibuat oleh senior-senior dari Himpunan Alumni Pasca Sarjana Politik UI.
Seminarnya sendiri berlangsung santai dan hampir semua pembicara dalam seminar tersebut bersepakat bahwa incumbent Fauzi Bowo (FOKE) tidak layak untuk memimpin Jakarta. Bahwa kepemimpinan ‘si kumis’ bertentangan dengan akal sehat.Bang Agung Suprio sebagai Ketua Himpunan Alumni Pasca Sarjana Politik UI, bilang bahwa dirinya prihatin karena masyarakat Jakarta sepertinya terlalu sibuk dan tidak perduli siapa Gubernur yang akan terpilih. Ini berbahaya karena sudah jelas kondisi Jakarta yang semakin parah di bawah kepemimpinan Fauzi Bowo 5 tahun terakhir tidak bisa diteruskan, bahkan tidak boleh diteruskan. Sudah jelas tidak ada satupun janjinya yang ditepati oleh Fauzi Bowo.
Statement Bang Agung yang paling saya garis bawahi adalah bahwa jika dalam Pilkada DKI berikut masih ada yang memilih dan mendukung Fauzi Bowo, berarti masyarakat Jakarta semakin kehilangan akal sehat dan kepedulian.
Saya pun jadi bertanya-tanya, mengapa seorang pengamat politik sekelas Bang Agung sampai memberikan statement sekeras itu? Pasti beliau memiliki alasan yang sangat kuat sehingga baginya mendukung Fauzi Bowo sama saja dengan menentang akal sehat.
“Dengan akal sehat dan perasaan saja sudah jelas bahwa Jakarta makin parah. Tidak perlu analisa dan data yang rumit.” Begitu tegasnya mendukung pendapat tersebut.
Namun, memang bukan cuma Bang Agung yang berpendapat demikian. Dua orang pengamat politik kawakan yang juga hadir dalam seminar tersebut: Prof. Tjipta Lesmana dan Dr. Andrinof Chaniago juga memberikan pernyataan yang sama. Bahwa jika mengedepankan akal sehat dan kepedulian terhadap Jakarta, dalam Pilkada DKInanti, tidak mungkin masyarakat memilih Fauzi Bowo.
Dalam seminar tersebut terungkap pula kebohongan-kebohongan Fauzi Bowo yang selama ini saya ngga ngeh karena dikemas menarik dalam iklan tetapi isinya ngga ada yang bener! Inilah lima kebohongan yang dijembreng dalam seminar 6 Juli kemarin.

Kebohongan PERTAMA: Klaim Fauzi Bowo mengenai pendidikan gratis 12 tahun. Fakta dan data di lapangan justru menunjukkan bahwa biaya pendidikan khususnya sumbangan gedung, buku, dan lain-lain justru sangat memberatkan masyarakat. Apalagi ketika tingkat kemiskinan di Jakarta mencapai 12,7%, jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Kebohongan KEDUA: Kebohongan mengenai kesehatan gratis untuk penduduk miskin. Fakta dan kesaksian masyarakat justru membuktikan bahwa jangankan mendapatkan pengobatan gratis, masyarakat justru dibebani dengan biaya siluman ketika harus mendapatkan Surat Keterangan Tanda Miskin (SKTM).

Kebohongan KETIGA: Pernyataan Fauzi Bowo bahwa Banjir Kanal Timur (BKT) merupakan insiatif dan prestasi dari Pemda DKI. Padahal, BKT merupakan inisiatif dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan dikerjakan Pemerintah Pusat sesuai dengan laporan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.

Kebohongan KEEMPAT: Pernyataan Fauzi Bowo bahwa masalah kependudukan dan pendataan KTP yang sudah mulus. Buktinya, E-KTP justru ditunda setelah Pilkada. Kalau memang komit mau menyempurnakan kependudukan maka ujiannya di PilkadaDKI ini. Sebaliknya, DPT malah amburadul, sehingga patut dicurigai adanya kecurangan yang sengaja dilakukan untuk keuntungan incumbent.

Kebohongan KELIMA: Janji Fauzi Bowo bahwa MRT sudah selesai tahun 2013. Padahal tendernya saja baru mau mulai September tahun ini. Sangat memalukan bahwa sudah gagal tapi malah mau terus mendzolimi publik. Apalagi diskriminasi yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta terhadap kandidat gubernur lain selama Pilkada DKIini.
Bagi saya, alangkah memalukannya jika seorang pengumbar kebohongan seperti Fauzi Bowo masih menjadi kandidat calon Gubernur dalam Pilkada DKI kali ini. Apalagi jika sampai menang dan terpilih kembali sebagai gubernur Jakarta. Ih, amit-amit deh ya!
Semoga akal sehat masih berlaku di ibukota kita tercinta. Dan kebohongan Fauzi Bowo mampu ditumbangkan oleh masyarakat yang bisa berpikir jernih dan peduli terhadap Jakarta dalam Pilkada DKI nanti.

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner