Pengamat hubungan internasional dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Basis Susilo MA berpendapat bahwa kalangan luar negeri banyak memuji Indonesia, meski di dalam negeri justru diremehkan.

"Walaupun di dalam negeri banyak diremehkan, tapi kalangan asing justru banyak memuji kita. Buktinya terlihat dalam keketuaan Indonesia di ASEAN," katanya kepada ANTARA di Surabaya, Senin.

Ketika dikonfirmasi tentang evaluasi hubungan internasional Indonesia selama kurun 2011, ia menjelaskan kepemimpinan Indonesia di ASEAN tergolong hebat karena KTT ASEAN terlaksana sampai dua kali yakni Mei dan November.

"Bahkan, Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev serta Sekertaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon, juga bersedia hadir," kata Dekan Fisip Unair Surabaya itu.

Selain itu, KTT ASEAN ke-19 di Bali pada 17 November 2011 itu juga dilanjutkan dengan pertemuan "ASEAN Plus Three" (Jepang, China dan Korea Selatan) pada hari berikutnya di Bali 18 November.

Tidak hanya itu, acara KTT Asia Timur yang ke-6 di Bali pada hari berikutnya, 19 November, juga dihadiri para pemimpin ASEAN serta Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Rusia, dan Amerika Serikat.

"Jadi, postur Indonesia di tingkat ASEAN cukup kuat karena itu banyak kalangan asing memuji. Padahal, di dalam negeri banyak dicaci, tapi itulah fakta bahwa Indonesia sebenarnya diperhitungkan di tingkat dunia," ujarnya.

Secara terpisah, Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair Surabaya Aribowo MA mengatakan, potensi Bahasa Indonesia menjadi Bahasa ASEAN cukup memungkinkan, karena orang Thailand, Singapura, Malaysia, dan Brunei juga terbiasa berbahasa Melayu.

"Apalagi, Indonesia di ASEAN itu merupakan kekuatan penting karena Indonesia menjadi faktor stabilitas atau instabilitas di kawasan itu. Bahkan secara internasional juga sangat strategis, karena letak, kekuatan demokrasi, dan jumlah penduduk Muslim yang dimiliki," ucapnya menegaskan.

Namun, katanya, peluang Bahasa Indonesia itu masih ditentukan konsep Bahasa ASEAN yang tidak saling meniadakan untuk bahasa yang sudah berlaku selama ini yakni Melayu, Indonesia, China, Jepang, dan Inggris.

"Yang jelas, pengakuan atas Bahasa ASEAN yang mayoritas akan memperkuat hubungan antarnegara di ASEAN. Dengan begitu, konflik perbatasan akan hilang dengan sendirinya, sebab hubungan antartetangga saja ada masalah, apalagi antarnegara, tapi hal terpenting adalah membangun kebersamaan ASEAN," tukasnya.